Cinta adalah air kehidupan, nutrisi mental dan sumber makanan jiwa.
Dengan cinta, unta berjalan dalam rotasinya, bayi mau menyusui dari susu
ibunya, burung membangun sangkarnya, seluruh wajah menjadi ceria, bibir
mengukir senyuman dan mata menjadi berbinar-binar. Cinta laksana hakim
dalam peradilan dunia yang mengadili para perambah cinta meskipun yang
diadili adalah tetangga dan memutuskan berbagai permasalahan demi
kemaslahatan para perambah cinta kendatipun ia dizalimi. Hanya dengan
cinta, para pejuang rela mengorbankan kepalanya menghiasi permukaan bumi
layaknya mata uang. Karena mereka sangat loyal terhadap prinsip yang
dianutnya dan rela menodongkan lehernya di hadapan mata pedang. Selain
itu, karena mereka lebih cenderung mencintai risalahnya, sahabat karib,
manhaj, risalah dan wahyu beserta pengembannya. Sehingga mereka berani
menerjang maut demi mencari keridhaan di perang Badar, Uhud dan Hunain,
rela menahan lapar, dahaga dan syahwat di bawah terik Mekah dan Madinah,
bangun di sepertiga malam terakhir untuk beribadah serta berinfak hanya
untuk mencari keridhaan Allah swt., sang Kekasih.
Karena cinta, manusia menggeliat dari balik selimut yang hangat dan
kasur yang empuk hanya untuk shalat subuh. Karena cinta, para pejuang
rela menerjang maut dan meninggalkan kehidupan dunia. Karena cinta, mata
mencucurkan air mata dan hati menjadi pilu, dan hal itu tidak akan
diungkapkan kecuali apa yang diridhai Allah. Cinta laksana aliran
listrik yang merambat melalui media kabel, kemudian arus listrik
tersebut dapat digunakan sebagai penerangan. Jika cinta mengalir dalam
tubuh, maka yang muncul adalah kehangatan dan jika bersentuhan langsung
dengan materi, maka akan timbul percikan.
Minggu, 23 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar