Rabu, 06 Januari 2010

artikel manajemen resiko

Manajemen risiko pada proyek pembangunan jembatan pejalan kaki

Fauziah

Universitas gunadarma


Abstrak

Kecenderungan pelayanan penyeberangan pejalan kaki jaminan keselamatan lalu lintas. Faktor yang mempengaruhi adalah masalah kecelakan lalu lintas bagi pejalan kaki dan faktor penunjang kondisi geografi/cuaca pada jembatan penyebrangan sehingga jalanan jembatan licin banyak pejalan kaki terjatuh di jembatan penyebrangan. tiang tebing jembatan di pertingi disaigen bangunanya biar tidak Ada korban para pejalan kaki yang jatuh kebawah jembatan.bahan yang digunakan Beton yang bertegang merupakan material yang umum digunakan untuk struktur bagian atas jembatan. Degan adanya beton percetak menjadikan konstruksi jembatan jauh lebih mudah dibandingkan dengan cor di tempat. Balok beton percetak yang diguankan untuk membangun proyek jembatan penyebarangan. Hinga bangunan penyebrangan kuat digunakan bagi pejalan kaki .pelayanan keselamatan pejalan kaki agar lancarnya pembangunan proyek penyebrangan tersebut.


1.pendahuluan

Keselamatan penyebrangan jalan merupakan sasaran utama yang diadakannya fasilitas penyebrangan. Jembatan penyeberangan mempunyai efektif paling tinggi dalam menghindari konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan dibandingkan dengan sarana penyeberangan yang lain. Meskipun jembatan penyebrangan mampu menjamin keselamatan penyebrang jalan. Pejalan kaki lebih suka menyeberang langsung di jalan raya yang mempunyai resikotinggi terhadap keselamatn mereka. Keselamatan bukanlah satu – satunya factor yang berpengaruh dalam

pemilihan sarana penyeberangan.



2.Pembahasan

Menurut walikota bekasi dalam perencanaan fasilitas bagi pejalan kaki, termasuk fasilitas penyeberangan haruslah memperhatikan tujuh sasaran utama yaitu: keselamatan (safety), keamanan (security), kemudahan (convenience), kelancaran (continuity), kenyamanan (comfort), keterpaduan sistem (system coherence), dan daya tarik (attractiveness). Ketujuh faktor tersebut saling berhubungan (inter-related) dan saling tumpang tindih (overlapping). Berubahnya salah satu faktor akan mempengaruhi perubahan faktor yang lain.

O’Flaherty (1997) mengelompokkan fasilitas penyeberangan jalan menjadi dua jenis yaitu:

a. Penyeberangan sebidang (at-grade crossing)

b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

Penyeberangan sebidang merupakan tipe fasilitas penyeberangan yang paling banyak digunakan karena biaya pengadaan dan operasionalnya relatif murah. Bentuk paling umum adalah berupa uncontrolled crossing (penyeberangan tanpa pengaturan), light-controlled crossing (penyeberangan dengan lampu

Penyeberangan tidak sebidang berupa pemisahan ketinggian antara pejalan kaki dan kendaraan; pertama kali diperkenalkan oleh Leonardo da Vinci yang merencanakan kota dengan sistem jalan raya berganda (double network streets) dimana para pejalan kaki berada di level atas dan kendaraan berada di level bawah



2.2 Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

Idealnya fasilitas penyeberangan jalan memang harus dipisahkan dari arus kendaraan berupa jembatan penyeberangan (overpass/crossingbridge/footbridge), penyeberangan bawah tanah (subway/underpass/tunnel), dan jalan layang (skywalk) sehingga tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan Meskipun dibutuhkan biaya investasi yang tinggi, fasilitas penyeberangan tidak sebidang mampu menjamin keselamatan penyeberang jalan namun fasilitas tersebut kurang dimanfaatkan karena pejalan kaki cenderung enggan untuk mengubah level ketinggian jalur yang dilewatinya

Jembatan penyeberangan mempunyai lebih banyak keunggulan daripada penyeberangan bawah tanah. Pembangunannya lebih mudah dan lebih murah. Selain itu, penyeberangan bawah tanah Pembangunannya lebih mudah dan lebih murah. Selain itu, penyeberangan bawah tanah sering mengalami masalah antara lain: keamanan, ventilasi, pencahayaan dan drainase (Allos 1983, Bruce 1965). Akan tetapi penyeberangan bawah tanah lebih mampu melindungi pejalan kaki dari cuaca panas dan hujan daripada jembatan penyeberangan.

Jembatan penyeberangan juga memiliki kelemahan yaitu ketinggiannya, dimana semakin tinggi semakin banyak anak tangga, karena ketinggian jembatan penyeberangan harus disesuaikan dengan tinggi kendaraan yang lewat dibawahnya.
















Gambar penyeberangan pejalan kaki yang rusak


2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Jembatan Penyeberangan

Menurut O’Flaherty (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang, diurutkan berdasarkan yang terpenting menurut pejalan kaki adalah:

1. Jarak

2. Kemudahan

4. Pertimbangan lingkungan

5. Keselamatan



Sumber : ssuu.com/koran.../edisi_361_-_kamis_-_11_juni_2009 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar